Lamongan-Madrasah Aliyah (MA) penyelenggara program Sistem Kredit Semester (SKS) se-Jawa Timur menyelenggarakan rapat koordinasi (rakor), Rabu (23/1/2019). Kegiatan yang dipusatkan di MAN 1 Lamongan ini digelar Asosiasi Madrasah Aliyah Penyelenggara SKS untuk konsolidasi sekaligus pematangan atas pelaksanaan program SKS di lingkungan MA di Jawa Timur.
Kegiatan ini tak hanya diikuti para kepala madrasah dan wakil madrasah bidang kurikulum, tetapi juga dihadiri sejumlah pejabat di lingkungan Kemenag sebagai bentuk dukungan. Dari jajaran pejabat, tampak hadir di antaranya adalah Kepala Bidang Pendma Kemenag Provinsi Jatim DR. H. Sruji Bahtiar, M.Pd, Kasie Kurikulum Pendma Kemenag Jatim Imam Syafii, Kepala Kemenag Lamongan Sholeh AZ, Kasie Pendma Kemenag Lamongan Abdul Ghofur, Kepala MAN 1 Lamongan Akhmad Najikh, dan lainnya.
Di hadapan para kepala madrasah, Kepala Bidang Pendma Kemenag Provinsi Jatim DR. H. Sruji Bahtiar, M.Pd memberikan apresiasi terhadap madrasah-madrasah penyelenggara SKS. Bahkan, dirinya berjanji akan mensupport termasuk akan menerbitkan Surat Keputusan (SK) bagi madrasah-madrasah yang ingin menyelenggarakan program SKS.
“Insya Allah, SK itu kalau diminta hari ini, turunnya sudah dari kemarin, tetapi tidak bisa seluruhnya karena masih ada yang belum terpenuhi. Prinsipnya, jangan khawatir soal SK (bagi madrasah penyelenggara SKS),” tegas Sruji memberikan perumpamaan atas dukungan dirinya merespon keinginan Ketua Asosiasi MA Penyelenggara SKS Jatim, Slamet Riyadi
Sruji Bahtiar menambahkan prinisipnya tidak ada persoalan dalam penyelengaraan program SKS, termasuk dalam pelaksanaan UNBK. Bila memang ternyata masih ada masalah, dirinya mendorong untuk duduk bersama mencari solusi, dan bukan malah mencari kesalahan akibat perbedaan persepsi soal SKS. “Bila perlu kita adakan kegiatan semacam rembug nasional untuk mencari solusi. Madrasah Aliyah di Jatim sebagai penggerak SKS bisa mempelopori itu,” tegas dia.
Bagi dia, keberadaan lembaga pendidikan di Jatim punya peran penting untuk merealisasikan kegiatan rembug nasional. Karena bagaimana pun, lanjut dia, Jatim merupakan kiblat dalam penyelenggaraan pendidikan nasional, baik untuk pendidikan reguler maupun program SKS. “Kita cari solusi, dan bukan mempertahankan pendapat kita soal SKS,” ucapnya seraya minta untuk mengkaji program SKS secara menyeluruh mulai dari regulasinya.
Dia mengaku siap mensupport. Namun dirinya tidak ingin madrasah terjebak hanya masalah SK penyelenggara SKS, padahal ada tantangan lebih berat di depan. Yakni, masalah kualitas anak didik madrasah. Mengingat, nilai hasil ujian nasional anak didik madrasah masih jauh dari target nasional, sehingga perlu dicari solusi untuk meng-upgrate-nya. “Kita fokus pada Ujian Nasional dan ini tugas berat yang harus dituntaskan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Jangan hanya berdebat soal SK,” pinta dia.
Untuk meningkatkan kualitas anak didik madrasah, lanjut dia, bila perlu diselenggarakan try out berkali-kali, bahkan bila perlu sampai 10 kali, bukan hanya dua kali. “Dari nilai try out itu kita kaji, kita telaah. Kalau nilai jelek, kira-kira sebabnya apa, gurunya atau apa. Jadi, nilai try out itu jangan hanya jadi angka tidak bermakna ditumpuk di atas meja. Ini tugas kepala madrasah,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Kemenag Lamongan Sholeh AZ memuji MAN 1 Lamongan karena menjadi salah satu madrasah penyelenggara program SKS. Dia juga menyampaikan kalau beberapa waktu lalu ada tim dari Kemenag Pusat datang ke MAN 1 Lamongan untuk melihat keseriusan MAN 1 Lamongan dalam pelaksanaan program SKS. “Dan MAN 1 Lamongan bisa menjadi tuan rumah juga bukan tanpa alasan. Mudah-mudahan MAN 1 Lamongan yang ketempatan ini mendapat barokah,” harap Sholeh. (roudlon)