Lamongan-Peringatan Hari Gizi Nasional, Jumat, 25 Januari 2019 digelar serentak di sejumlah tempat. Para siswa MAN MAN 1 Lamongan juga tidak ketinggalan ikut menyemarakkan acara tersebut. Dimotori para siswa yang tergabung dalam pengurus Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) MAN 1 Lamongan, kegiatan peringatan dilakukan dengan bagi-bagi minuman kacang hijau kepada seluruh siswa dan para dewan guru.
Di bawah bimbingan Pembina UKS MAN 1 Lamongan Hartini, S.Pd, M.Pd, pengurus UKS membawa kardus dan keresek berisi kacang hijau sebanyak jumlah siswa madrasah 1.200-an anak. Ribuan gelar kacang hijau itu dibagi-bagikan ke masing-masing kelas, meski masa ada kegiatan pembelajaran berlangsung. Para guru yang sedang mengajar terlihat tidak terganggu, bahkan memberikan dukungan dan support atas aksi simpatik para pengurus UKS.
“Ayo, mbak, Silahkan masuk! Nggak papa,” kata Guru Olahraga Fitriah Kusma, S.Pd seraya ikut mengkampanyekan Hari Gizi Nasional kepada siswa yang diajar.
Fitriah Kusuma menyampaikan bahwa sekarang ini merupakan peringatan Hari Gizi Nasional. Sebagai bentuk kepedulian, UKS memiliki program melakukan aksi dengan membagi-bagikan minuman kacang hijau agar tidak mengalami kekurangan gizi. “Kacang hijau ini cukup baik karena mengandung banyak nutrisi yang baik. Ayo diminum, biar kalian tidak kekurangan gizi,” kata Fitriah dengan nada guyon.
Sementara itu, Pembina UKS MAN 1 Lamongan Hartini mengungkapkan peringatan Hari Gizi ini merupakan bagian dari Peringatan Hari Kesehatan Nasional. Menurut guru Mapel Biologi ini, kegiatan peringatan hari gizi perlu digalakkan karena Indonesia sendiri dalam skala lebih luas, masih menghadapi masalah kesehatan di bidang gizi.
“Masalah gizi yang dihadapi Indonesia bukan hanya kekurangan gizi atau gizi buruk, tapi juga masalah gizi ganda atau kelebihan gizi,” jelas guru yang baru pulang dari tanah suci tahun ini.
Persoalan besar gizi yang dihadapi Indonesia, lanjut dia, tidak menutup kemungkinan juga terjadi di MAN 1 Lamongan. Apalagi, siswa MAN 1 Lamongan yang berjumlah sekitar 1.200-an anak berasal dari berbagai kalangan ekonomi, termasuk dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Banyak juga siswa, kata dia, yang sehari-hari hidup di pondok dan kost, jauh dari orang tua.
“Dengan kondisi seperti ini, mereka rentan menghadapi persoalan gizi karena tidak ada kontrol dari orang tua mengenai asupan makanannya,” tutur dia.
Terlebih lagi, tambah dia, kegiatan madrasah sendiri sangat padat, sehingga tidak menutup kemungkinan ada siswa yang melupakan kebutuhan akan makannya. Bila kondisi ini tidak segera ada solusinya dan mengalami kekurangan gizi, akan berpengaruh pada prestasi. “Karena secara logika, semakin banyak kegiatan, energi yang diperlukan juga akan semakin tinggi. Bila asupan gizinya tidak diperhatikan, maka akan menyebabkan kekurangan gizi dan prestasinya akan ikut menurun,” jelas dia. (roudlon)