Lamongan-Ma’had Bahrul Fawaid MAN 1 Lamongan mengadakan kegiatan Akhirussanah dan Wisuda Tahfidz ke-1 tahun pelajaran 2018/2019. Kegiatan yang dipusatkan di gedung aula MAN 1 Lamongan tersebut dikuti sebanyak 40 santriwan dan santriwati. Mereka diwisuda setelah dinyatakan lulus mengikuti proses pembelajaran di ma’had selama tiga tahun.
Kegiatan wisuda kali ini tergolong istmewa dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain dimeriahkan oleh parade seni pencak silat, proses wisuda juga diisi dengan kegiatan demonstrasi tahfidz para santriwan dan santriawati yang berhasil menghafal lima juz di atas panggung. Kemampuan dua santri; Saidatul Fizah (kelas XI IIK) dan Muh. Dalili (XI IPA-4) yang jadi MC dengan menggunakan bahasa pengantar Arab dan Inggris semakin menyempurnakan rangkaian kegiatan akhirussanah.
Suaara riuh dan tepuk tangan dari hadirin tak jarang juga terdengar karena kagum dengan kemampuan santri. Kepala MAN 1 Lamongan Akhmad Najikh yang hadir terlihat beberapa kali tersenyum bangga di samping Kepala Ma’had Bahrul Fawaid, Asman. Selain Akhmad Najikh, juga hadir Waka Kurikulum Suminto, Kepala Penjamin Mutu Akhmad Luthfi, Waka Kesiswaan Rouf Baidhowi, dan juga istri Kepala MAN 1 Lamongan Hanifah Akhmad Najikh.
Tidak ketinggalan, para pengurus ma’had, pembina ma’had, jajaran pimpinan madrasah dan guru MAN 1 Lamongan juga ikut hadir menyaksikan proses pelepasan para santriwan dan santriwati. Juga para wali santri dan adik kelas dari para santri yang diwisuda ikut hadir. Juga tampak datang KH Abdul Halim sebagai penceramah.
Kegiatan demonstrasi tahfidz diawali dengan pertunjukkan kemampuan hafalan lima juz dari seluruh santri Ma’had Bahrul Fawaid di atas panggung. Dilanjut demonstrasi dari enam santri terbaik. Mereka adalah Nindy, Junita, Trias Rima, Miftakhul Alim, dan Dina Safitri. Audien diberi kesempatan untuk menguji langsung kemampuan hafalan kelima santri terbaik. Kesempatan pertama diberikan kepada Akhmad Najikh. Orang nomor satu MAN 1 Lamongan inipun memanfaatkan kesempatan itu dengan baik dengan membaca potongan ayat dan meminta keenam santri yang ada di panggung untuk meneruskannya.
Perintah Najikh untuk meneruskan potongan ayat yang dibaca tidak dengan bahasa Indonesia, tetapi menggunakan bahasa Arab, sehingga tidak semua undangan tahu maksudnya. Namun kelima santri langsung faham dan meneruskan potongan ayat yang dibaca Najikh meski ada beberapa yang masih harus diperbaiki. Kesempatan menguji kedua diberikan kepada Akhmad Luthfi, diteriukan Ustadzah Ainun Shofah yang hafal 30 juz, dan Hanifah Akhmad Najikh. Wali santri juga diberi kesempatan untuk ikut mengujinya secara langsung.
“Mudah-mudahan, ilmu anak-anak kami bisa bermanfaat untuk masyarakat ke depannya,” harap Akhmad Najikh bangga.
Dalam kesempatan itu, Akhmad Najikh menyampaikan banyak terima kasih pada pengurus dan pembina ma’had yang tidak henti-hentinya memimbing para santri. “Mereka dalam mendidik santri sudah tidak mengenal lagi siang dan malam, tidak kenal lagi hujan atau panas. Mudah-mudahan jerih payah mereka dapat balasan Allah SWT, karena saya tidak bisa memberi apa-apa pada mereka,” ucap dia.
Selanjutnya, Akhmad Najikh berpesan pada para santrinya yang lulus untuk terus menuntut ilmu dan tidak berhenti hanya di ma’had. Sambil menyitir salah satu ayat Al-Quran, dia mengingkatkan untuk memperhatikan paling tidak tiga aspek. Yakni aspek spiritualitas, aspek knowledge, dan aspek ketrampilan yang sudah ditanamkan di ma’had selama ini. “Kalau di ma’had selama ini sudah dilatih bangun jam tiga malam, ya tolong budaya ini diteruskan di rumah. Hatinya selalu dzikur, kalian sudah dilatih. Yang sudah punya hafalan 5 juz ya diteruskan,” pesan dia.
Sementara itu, Kepala Ma’had Bahrul Fawaid MAN 1 Lamongan Asman meminta pada wali santri untuk ikut mengawasi dan menjaga agar kebiasaan santri yang sudah terbangun dan menjadi tradisi di maa’had dijaga. Di antara yang sudah menjadi tradisi dan kebiasaan adalah sholat berjamaah, sholah dhuha, sholat tahajjud, dan membaca Al-Quran. “Muda-mudahan tradisi-tradisi ini bisa dijaga dan menjadi prilaku istiqomah,” pesan Asman yang juga guru Akidah Akhlaq MAN 1 Lamongan.
Diirinya juga berharap para santri yang sudah memperoleh lima juz Al-Quran selama tiga tahun belajar di ma’had untuk menjaganya dengan baik. “Semoga hafalannya bisa bertambah bukan malah berkurang apalagi hilang setelah lulus dari sini,” ujar dia. Ia juga berharap para santri yang lulus bisa mengabdikan dirinya ke masyarakat karena sudah dibekali dengan berbagai macam ilmu, sehingga bisa mewarnai dengan warna yang diridhoi oleh Allah SWT. (roudlon)